Laman

Kamis, 10 Mei 2018

[Ulasan Film] Posesif (2017)

Sumber: @palarifilms

 Judul: Posesif 
Sutradara: Edwin
Penulis Skenario: Gina S. Noer
Sinematografer: Batara Goempar
Pemain: Putri Marino, Adipati Dolken, Yayu Unru, Cut Mini...
Nilai: 8/10


“Aku bisa nyakitin siapa aja yang deket sama kamu.”
-Yudhis-

Pertama-tama, sinopsis. Oke.
Lala (Putri Marino) adalah seorang atlet renang dan sering ikut kejuaraan. Ketika kembali ke rutinitasnya untuk sekolah, ia bertemu Yudhis(Adipati Dolken) yang ternyata adalah murid pindahan. Mereka bertemu dipertemukan oleh hal konyol dan cenderung memalukan. Dan kejadian itu malah merekatkan mereka berdua. Semakin dekat, hal-hal tentang Yudhis mulai terbuka satu per satu dan menjadi konflik utama dalam cerita.


Ulasan
Tak bisa berkata-kata saya saking kerennya. Bukan karena saya dan sang sutradara memiliki nama yang sama, tapi memang begitu kenyataannya. Sudah lama saya berkeinginan menonton film ini, karena waktu itu, orang-orang yang saya ikuti di twitter sangat merekomendasikan film ini. Apalagi setelah dinobatkan  sebagai Film Terbaik di Festival Film Indonesia 2017. Berhubung saya sedang sibuk-sibuknya ujian, saya tahan nafsu itu. Dan sekrang baru punya kesempatan untuk menonton dan tidak heran dengan pencapaian dari Posesif ini.
sumber: @palarifilms

Nama Edwin, sang sutradara, memang belum begitu bergaung di telinga penikmat film Indonesia. Tapi, kenyataannya, namanya cukup terkenal di festival-festival film baik dalam maupun luar negeri. Itulah alasan kenapa kita kurang mengenalnya. Ia membuat film ditujukan untuk festival bukan hanya untuk mendapatkan profit semata. Percuma juga banyak yang menonton tapi kualitas filmnya rendah.

Film lain karya Edwin adalah film pendek ‘Kara, Anak Sebatang Pohon(2005) menjadi film pendek Indonesia pertama yang berhasil menembus ajang Festifal Film Cannes 2005 dalam sesi Director’s Forthnight, Babi Buta yang Ingin Terbang (2008), Kebun Binatang (2012), Someone’s Wife in the Boat of Someone’s Husband (2013) dan yang terbaru Posesif (2017) ini. Dan ia dinobatkan sebagai Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia 2017 berkat Posesif. Sungguh bangga sebagai sesame Edwin. Semoga kelak saya bisa menyamai atau bahkan melebihi pencapainnya.
Sumber: @palarifilms
Tak seperti film romansa remaja Indonesia lainnya, film Posesif mengambil genre romance-suspense dan berani mengambil tema toxic-relationship. Skenario digarap Gina S. Noer dengan begitu apik. Sangat menarik. Jadi, cerita cinta anak SMA yang tidak hanya yang begitu-begitu saja, tapi perubahan sudut pandang serta pengarahan yang apik dari Edwin inilah yang membuat film ini berkesan dan pantas diganjar penghargaan. Dengan tema tersebut, kita juga diajak mengenali toxic relationship yang mungkin saja terjadi pada siapa saja, tak peduli kisah cinta anak SMA atau yang lain. Kita dibuat sadar, selain indah, cinta juga berbahaya.

Jajaran pemain pun sungguh menyatu dalam cerita. Putri Marino berakting dengan sangat baik sepanjang durasi dan hampir tanpa cela. Entah karena saya belum pernah menonton dia menjadi peran lain atau memang aktingnya begitu menjiwai sosok Lala sendiri. Mengesampingkan fakta bahwa dia cantik dan sudah jadi istri orang, dia sangat laik sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia 2017. 
Sumber; @palarifilms
Penampilan berkesan lainnya ditunjukkan oleh Adipati, Yayu Unru(Ia juga mendapat penghargaan sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik di FFI 2017 berkat aktingnya sebagai Ayah Lala di Posesif), dan Cut Mini. Mereka merasuki peran masing-masing dan dengan sangat meyakinkan membuat kita terbawa emosi. Mereka adalah sumber dari rasa deg-degan yang saya rasakan sepanjang menonton Posesif. Keren!

Sinematografi pun sangat memikat. Penyajian gambar membantu penonton mengetahui maksud adegan tanpa perlu kata-kata. Sangat jarang untuk ukuran film Indonesia. Salut buat, Batara Goempar. Selain itu, lagu-lagu pengiringnya pun punya andil yang cukup besar dalam membangun suasana. Beberapa lagu yang saya tahu pun masuk di dalamnya. Favorit saya adalah ketika Dan dari Sheila On 7 dan Sampai Jadi Debu dari Banda Neira. Membekas.

Saya jarang menonton film romansa, apalagi film Indonesia, tapi jika dibandingkan dengan beberapa film romansa anak SMA Indonesia yang pernah saya tonton, kebanyakan di televisi, Posesif adalah yang terbaik. Jauh. Levelnya beda. Termasuk dengan film yang bilang rindu itu berat. 

Tontonlah, teman-teman. Ada di iflix.
Nama Edwin memang jaminan kualitas.
Hehehehehehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar